BAHAN AJAR
BIDANG STUDY : SIROH NABAWIYYAH
SEJARAH NABI HUD & MUKJIZAT NABI HUD AS.
Nabi Hud
AS merupakan Nabi yang menempati posisi ke-4 pada urutan 25 Nabi dan Rasul yang
wajib kita ketahui setelah Nabi Adam AS, Nabi Idris AS dan Nabi Nuh AS. Beliau hidup pada masa 4.500 – 5.500 tahun
yang lalu. Menurut Ibnu
Jarir nama lengkap Nabi Hud AS adalah Hud bin
Abdullah bin Rabah bin A Jarud bin Aad bin Aush bin Iram bin Sam bin Nuh AS.
Nabi Hud
AS diutus kepada kaum ‘Aad yang memiliki banyak karunia dari Allah SWT, salah
satunya berupa fisik yang tinggi besar dan umur yang panjang. Nabi Hud AS
tinggal di daerah Al-Ahqaaf (daerah antara Yaman dan Oman). Kisah Nabi Hud
dalam Al-Quran terdapat pada 10 surah diantaranya surah Hud ayat 50 – 60, surah
Al-Mukminun ayat 31 – 41, surah Al-Ahqaaf ayat 21 – 26 dan surah Al-Haaqqah
ayat 6 – 8.
A. SEKILAS BANGSA ‘AAD – KAUM NABI HUD AS
Bangsa ‘Aad merupakan keturunan Sam bin Nuh yang diberikan
karunia oleh Allah SWT berupa kelebihan fisik yang tinggi besar dan umur yang
panjang. Setiap kepala mereka mencapai ketinggian setara dengan
menara-menara tertinggi yang pernah dibuatnya. Hal ini Allah gambarkan dalam
surat Al-Ahqaf yang artinya :
إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ) ٧ (الَّتِى لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلٰد) .٨ (
“(Yaitu) penduduk Iram (ibu kota tempat
tinggal kaum ‘Aad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi–Yang belum
pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,” (QS.
Al Fajr: 7-8)
Mereka
menetap di daerah Al-Ahqaaf (bukit-bukit berpasir) antara Yaman dan Oman.
Perbukitan tersebut memanjang disepanjang laut yang bernama As Syahar dan
lembah yang bernama Mughits. Kaum ‘Aad terkenal memiliki kekayaan yang melimpah
dan kemampuan mereka untuk membangun bangunan yang megah dan indah pada masa
itu. Teknologi pun berkembang pesat pada saat itu, dengan anugerah otak yang
cerdas dan fisik yang sangat kuat membuat kaum Aad menjadi sangat terkenal di
antara penduduk lainnya. Melalui teknologi tinggi yang mereka miliki mereka
mampu membuat rumah yang sangat megah di perbukitan. Mereka mahir dalam
mengatur perkotaan dengan membangun benteng-benteng, gedung-gedung yang besar
dan indah.
Teknologi
pengairan mereka juga sangat maju, hingga mampu mengolah tanah-tanah yang
tandus dan merubahnya menjadi subur, sehingga membuat hasil bercocok tanam
mereka sangat memuaskan. Dalam berternak hewan mereka juga sangat baik
dalam mengelolanya, hingga mampu menghasilkan kemakmuran dalam hidup. Semua
hasil kerja keras yang dilakukan kaum ‘Aad semasa hidup mereka membuat
kehidupan kaum Nabi Hud AS ini menjadi makmur dan lebih maju dari pada kaum
lainnya. Tetapi sangat disayangkan, semua anugerah itu telah membuat mata
hati mereka berkiblat pada dunia materi.
Mereka
bersifat sombong dan keji, meremehkan serta merendahkan orang yang jauh tidak
punya darinya. Disetiap peperangan yang dilakukan kaum ‘Aad, mereka
memperlakukan musuh mereka dengan sangat kejam dan tanpa rasa kasihan. Hal ini
Allah gambarkan dalam Al-Quran surah Asy-Syu’ara yang artinya : “Dan
apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan
bengis.–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan bertakwalah
kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui.–Dia
telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak,–Dan
kebun-kebun dan mata air,” (QS. Asy Syu’ara: 130-134)
Hingga pada
akhirnya kesombongan kaum ‘Aad itu sampai melampaui batas, dan mereka berani
menantang Allah SWT dengan berkata, “Siapa yang mampu kalahkan kami di
bumi?”. Dan lebih parahnya lagi, mereka malah kemudian berpaling dari
Allah SWT dan menyembah berhala. Kaum ‘Aad merupakan kaum yang sombong
penyembah berhala pertama setelah peristiwa bencana air bah besar pada masa
Nabi Nuh AS.
B. DAKWAH NABI HUD AS KEPADA KAUM ‘AAD
Risalah
keislaman terus diperjuangkan oleh Sam bin Nuh dan anak keturunannya. Tetapi
lagi-lagi Iblis tidak pernah berhenti menggoda mereka. Maka dengan dalih untuk
mengenang orang shaleh maka kaum Aad pun membuat patung. Kekayaan, kekuatan
fisik, kecerdasan akan dan umur panjang justru membuat kaum Aad ingkar. Bujuk
rayu Iblis untuk memurtadkan mereka berhasil. Kesombongan Iblis telah mereka
tiru. Dan pelan tapi pasti mereka mulai melupakan ajaran Nabi Nuh dan menyembah
berhala. Berhala yang mereka sembah mereka beri nama Shamud dan Hattar. Kaum
‘Aad menganggap berhala-berhala inilah yang memberi mereka kekayaan, kekuatan
dan kekuasaan. Saking kayanya Raja mereka yaitu Raja Ajiizan, dan kaum ‘Aad
tidur diatas tempat tidur yang terbuat dari emas.
Kaum Aad juga
mulai menaklukkan daerah daerah di sekitarnya. Merampok kekayaan dan menjadikan
warga daerah yang mereka kuasai sebagi budak. Orang yang tidak menurut tidak
segan segan mereka bunuh. Nyawa menjadi sangat murah dimata mereka. Hud adalah
salah satu kaum ‘Aad yang menolak segala bentuk penyembahan berhala. Akal
sehatnya tidak bisa menerima kalau berhala yang tidak bisa bergerak melakukan
banyak hal. Kemurnian berfikirnya membawanya kembali kepada Fitrah Islam. Allah
SWT dengan kasih sayang-Nya mengangkat Hud menjadi Nabi dan Rasul. Pada saat
Nabi Hud AS, berusia 40 tahun, datanglah Malaikat Jibril dengan membawa wahyu
serta mengangkatnya menjadi Nabi dan Rasul
utusan Allah kepada kaum ‘Aad untuk memberikan peringatan bagi mereka.
utusan Allah kepada kaum ‘Aad untuk memberikan peringatan bagi mereka.
Maka, menghadaplah nabi Hud AS diantara raja dan
penguasa-penguasa mereka yang saat itu sedang berpesta pora dengan segala
kemegahan bersama rakyatnya. Dan berkatalah Nabi Hud kepada raja Ajiizan,
“Wahai kaum ‘Aad, sembahlah Allah ? Tuhanku dan Tuhan kalian semua,
Tinggalkanlah berhala yang menjadi sesembahan kalian! Seperti halnya kaum Nabi
Nuh yang telah dilahap banjir, badai dan taufan karena telah menyekutukan Allah
? Sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran :
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ
“Dan (Kami
telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa
kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A’raaf : 65)
Seruan ajakan Nabi Hud AS tersebut tidak
dihiraukan sang raja dan antek anteknya. Nabi Hud malah diejek dan dianggap
pendusta. Sebagaimana Allah SWT gambarkan dalam Al-Quran :
قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ
قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Pemuka-pemuka
yang kafir dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu
dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang
yang berdusta”. (QS. Al-A’raaf : 66). dan
Nabi Hud AS pun menjawab,
قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ
وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (67)
أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ
Hud berkata:
“Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini
adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanah Tuhanku
kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu”. (QS
Al-A’raaf : 67-68).
Siang malam nabi Hud berdakwah kepada kaumnya. Dengan suara
lembut dan welas kasih beliau tidak henti-hentinya mengingatkan kaumnya untuk
bertobat, meninggalkan berhala dan kembali kepada Allah SWT. Akan tetapi dakwah
Nabi Hud dianggap sepi. Tidak ada satupun raja dan orang kaya di kaum ‘Aad yang
percaya. Mereka malah merasa iri mengapa harus Hud yang mendapat Wahyu bukan
mereka. Puluhan tahun Nabi Hud AS berdakwah kepada kaumnya.
Bukannya
tambah sadar, malah kaum ‘Aad semakin jauh tersesat. Ternyata harta dan
kekuasaan telah membuat mereka lupa diri hingga kejahatan dan kemungkaran
mereka semakin merajalela. Nabi Hud tidak pernah menyerah, beliau tetap
berdakwah. Beberapa anggota masyarakat tertindas dan budak akhirnya ada juga
yang mau mengikuti ajakan Nabi Hud AS. Akan tetapi justru hal ini membuat
cercaan dari kaum ‘Aad semakin menjadi jadi. Mereka bahkan berani menyiksa kaum
muslimin pengikut Nabi Hud. Bila mereka mengetahui ada yang memeluk Islam,
maka kaum ‘Aad tidak segan segan membunuh dan merampas harta mereka. Beberapa
dari pengikut Nabi Hud AS terpaksa menyembunyikan keislaman mereka karena takut
disiksa raja Ajiizan dan bala tentaranya serta kaum ‘Aad yang lain.
Puncaknya
adalah ketika mereka berencana untuk membunuh dan menghabisi Nabi Hud dan pengikutnya. Kesombongan
kaum ‘Aad dan kekejaman mereka kepada kaum muslim pengikut Nabi Hud, membuat
Nabi Hud bersedih.
C.
AZAB ALLAH KEPADA KAUM ‘AAD
Kaum ‘Aad yang ingkar kepada Allah SWT
bahkan mengolok-olok Nabi Hud dan meminta kepadanya agar disegerakan azab.
Mereka berkata, “Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada Kami jika
kamu Termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Al A’raaf: 70) Nabi Hud
pun menjawab, “Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari
Tuhanmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama
(berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah
sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu),
sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu”. (QS. Al
A’raaf: 71). Beliaupun akhirnya memanjatkan doa kepada Allah SWT agar
mengirimkan ujian kepada kaum ‘Aad supaya mereka menjadi sadar. “Ya Tuhanku,
tolonglah aku karena mereka mendustakanku.” Allah berfirman: “Dalam sedikit
waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal.” Maka
dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan
mereka (sebagai) sampah banjir maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang lalim
itu.” (QS. Al-Mu’minuun : 39-41)
Permintaan Nabi Hud ini dikabulkan oleh Allah SWT. Maka
Allah menjadikan lembah Mughits tempat tinggal kaum ‘Aad menjadi kering
kerontang. Hujan tidak pernah turun selama jangka waktu yang panjang. Allah SWT
jadikan kekeringan dimana mana. Seluruh tanaman gagal panen, sumber air
menipis. Kaum ‘Aad semakin menyedihkan. Kematian hewan dan tumbuhan terjadi
dimana mana. Masa kemarau yang panjang ini bukannya membuat kaum ‘Aad sadar.
Tetapi malah semakin ingkar. Nabi Hud AS berulang kali mengingatkan kaumnya
bahwa semua bencana yang terjadi ini karena Allah sedang murka. Murka karena
kesombongan dan kekejaman serta kemungkaran yang dilakukan kaum
‘Aad. Allah SWT hanya akan menurunkan hujan bila mereka segera bertobat. Bukannya
berterima kasih atas penjelasan dan solusi dari Nabi Hud AS, mereka malah
menyalahkan Nabi Hud AS atas bencana kekeringan yang menimpa mereka. Nabi Hud
dianggap pembawa sial.
Setelah tiga tahun kemarau, kekeringan pun mencapai
puncaknya. Karena sudah tidak tahan lagi akhirnya kaum ‘Aad pun menghadap Nabi
Hud AS untuk memohon agar mencabut sihirnya dan menurunkan hujan. Ternyata
bencana kekeringan hebat yang menimpa kaum ‘Aad tidak membuat mereka sadar,
malah semakin jauh tersesat dan menuduh bencana tersebut sebagai hasil sihir
Nabi Hud AS. Nabi Hud pun akhirnya berdoa memohon petunjuk Allah SWT.
Maka Allah pun berfirman, apabila kaum ‘Aad tidak segera
bertobat maka Allah SWT akan menurunkan angin topan yang sangat
dahsyat. Ancaman Allah yang disampaikan Nabi Hud AS malah ditertawakan
oleh kaumnya. Akhirnya Nabi Hud AS pasrah atas ketentuan Allah untuk
mengazab kaumnya. Kemarau yang panjang telah membuat kaum ‘Aad kehilangan akal,
maka mau tak mau mereka memohon kepada berhala dan kepada Allah SWT. Kaum ‘Aad
pun kemudian mengirimkan suatu delegasi yang jumlahnya kurang lebih tujuh puluh
orang menuju tanah suci, untuk meminta istisqa (hujan) di tanah suci buat
kaumnya. Mereka berdoa dipimpin oleh ketua mereka yang dikenal dengan nama Qail
Ibnu Anaz.
Dikisahkan Allah SWT mendengar doa Qail Ibnu Anaz dan Allah
memunculkan tiga jenis awan, ada yang putih, ada yang hitam, dan ada yang
merah. Lalu Qail mendengar suara dari langit yang mengatakan, “Pilihlah
untukmu atau untuk kaummu dari awan-awan ini!”? Qail berkata, “Saya
memilih awan yang hitam ini, karena sesungguh¬nya awan hitam ini banyak
mengandung air.”Melihat datangnya awan yang besar seketika itu juga mereka
merasa senang dan berpikir bahwa mereka akan mendapatkan curahan hujan. Mereka
berkata, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.”
D. SISA-SISA
PENINGGALAN AZAB KAUM AAD DI KOTA UBAR
Mereka mengira bahwa awan itu akan datang membawa kebaikan
untuk mereka, menghilangkan haus dahaga mereka, memberi minum hewan-hewan
mereka dan menyirami kebun dan tanaman-tanaman mereka. Padahal awan itu datang
membawa azab bagi mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Maka ketika mereka melihat azab itu
berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, “Inilah
awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.” (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu
minta agar datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang
pedih,”–Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka
jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat
tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.”
(QS. Al Ahqaaf: 24)
Setelah awan itu semakin mendekat kaum ‘Aad terkejut.
Ternyata awan hitam itu adalah angin taufan yang sangat kencang. Kaum Aad
sangat terkejut. Mereka lari tunggang langgang. Mereka bersembunyi di rumah
mereka yang megah. Kaum Aad pun ditimpa angin yang kencang yang sangat dingin
terus menimpa mereka selama tujuh malam delapan hari tanpa henti, yang
membinasakan segala sesuatu yang ada di hadapannya sehingga mereka semua
binasa. Kehancuran kaum ‘Aad dan kota Iram (ibu kota kaum ‘Aad)
digambarkan Allah SWT dalam Al Quran :
“Adapun kaum ‘Ad maka mereka telah
dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah
menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus
menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati berge-limpangan
seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” (QS.
Al Haaqqah : 6-7)
Allah SWT kemudian menyelamatkan Nabi Hud AS dan orang-orang
yang beriman bersamanya, sebagaimana firman-Nya yang artinya :
“Maka
Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang
besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami,
dan mereka bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raaf: 72)
Komplek
makam nabi hud as di hadramaut
Nabi Hud AS pun berangkat menuju tempat lain
bersama dengan orang-orang yang beriman, dan ditempat yang baru tersebut,
mereka beribadah kepada Allah SWT. Nabi Hud AS selanjutnya menetap di Yaman,
sampai wafat di daerah Syib sekitar 80 km dari sana. Beliau wafat dalam usia
472 tahun, dan hingga saat ini kuburan beliau masih sering dikunjungi dan
diziarahi oleh kaum muslimin dari seluruh dunia.
Nice
BalasHapusYEAAH
Hapus