BIDANG STUDY : SIROH NABAWIYYAH
SEJARAH NABI SHALEH
Shaleh diutus Allah untuk berdakwah dan menyerukan kebenaran kepada
kaum Tsamud. Shaleh sendiri masih ada hubungan saudara dengan Tsamud, sama-sama
keturunan Sam bin Nuh. Adapun silsilah Shaleh: Shaleh bin Abid bin Asif bin
Masyih bin Abid bin Hadzir bin Tsamud bin Shaleh bin Arfakhsyad bin Sam bin
Nuh. Sedangkan silsilah Tsamud: Tsamud bin Ad bin Irmi bin Shaleh bin
Arfakhsyad bin Sam bin Nuh.
Jadi, Tsamud adalah keturunan Ad. Tsamud ini kemudian beranak
pinak, bercucu banyak sehingga terbentuklah suatu kaum atau suku yang disebut
kaum Tsamud. Sedangkan, Shaleh adalah anak dari Abid, keturunan Tsamud.
Kaum Tsamud menghuni daerah Hadramaut, yakni daratan antara Yaman
dan Syam (Syria). Kaum Tsamud ini mempunyai ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
kecakapan dalam bercocok tanam dan beternak. Dengan keahlian itu, mereka hidup
makmur di Hadramaut. Semua itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada
mereka.
Tidak hanya itu, mereka pun diberi kekuatan fisik yang tangguh.
Mereka sanggup mengukir gunung-gunung untuk dijadikan pemandangan indah. Mereka
membangun gedung-gedung tinggi. Mereka juga membuat rumah-rumah di
tebing-tebing gunung yang dilubangi dan dipahat.
Namun, kaum Tsamud tidak mengenal tuhan. Berhala yang mereka buat
sendirilah yang mereka jadikan tuhan. Hukum yang berlaku pun hukum rimba. Hukum
yang bertentangan dengan kemanusiaan. Gaya hidup mereka menyimpang jauh dari
kebenaran dan kemanusiaan. Orang-orang kaya hidup berfoya-foya,
bermabuk-mabukan, berzina, dan lain-lain. Perampokan terjadi disana-sini.
Penganiayaan dan perbuatan zalim dapat dijumpai setiap hari. Orang yang lemah
menjadi budak dan diperlakukan tidak manusiawi.
Kemudian, Allah mengutus Shaleh kepada kaum Tsamud. Nabi Shaleh
berkata, "Wahai Saudaraku, kaum Tsamud, kebiasaanmu menyembah berhala itu
sangat keliru. Sesungguhnya, Tuhan yang wajib kalian sembah adalah Allah."
"Hai Shaleh! Siapakah Allah itu?" tanya salah seorang
dari mereka. "Dia adalah Tuhan sekalian manusia, sekalian makhluk. Dialah
yang berkuasa atas segala-galanya. Dialah tempat meminta ampunan, tempat
memohon pertolongan dari kesulitan," kata Nabi Shaleh menjelaskan. "Coba
tunjukkan dimana Tuhanmu itu. Bagaimana wujudnya, apakah sama dengan
tuhan-tuhan kami?" "Masya Allah, kalian sungguh keterlaluan. Kalian
tidak akan mampu melihat wujud Allah," jawab Nabi Shaleh.
"Pembual! Omong kosong kau, hai Shaleh. Aku tidak memercayai
omonganmu sedikit pun sebelum kau menunjukkan bukti, mukjizatmu kepada kami.
Tunjukkanlah bukti-bukti kehebatanmu sebagai nabi utusan Tuhanmu itu! Baru kami
akan memercayai dan mengikutimu!" kata orang-orang Tsamud. Dialog ini
diterangkan di dalam Al Quran Surah Huud (11):61-62.
Kaum Tsamud tidak menghiraukan perkataan Nabi Shaleh. Mereka bahkan
menganggap Nabi Shaleh gila, terkena sihir atau kerasukan setan sehingga
omongannya ngawur. Mereka hanya akan percaya bila Nabi Shaleh bisa menunjukkan
tanda-tanda kenabiannya. Maka, Nabi Shaleh pun memohon kepada Allah untuk
memberikan mukjizat.
Saat itu pula Allah memerintahkan Nabi Shaleh untuk memukulkan
tangannya ke atas permukaan batu yang ada di depannya. Setelah Nabi Shaleh
melakukannya, muncullah unta yang gemuk, besar, dan bagus. Tentu saja,
kandungan susunya banyak. Orang-orang Tsamud terperanjat semuanya. Saking
herannya, mereka bergumam bagaikan suara lebah.
Nabi Shaleh lalu berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, inilah
tanda bahwa aku adalah Nabi pesuruh Allah. Sembahlah Allah, dan tinggalkanlah
berhala-berhala itu. Kalian jangan mengganggu unta ajaib ini. Binatang ini
perlu minum sebagaimana kalian minum. Jika kalian menginginkan susunya, silakan
memerahnya!" kata Nabi Shaleh menerangkan. Kisah tentang unta ajaib ini
ada di dalam Al Quran Surah Asy-Syu'araa' 26:155-159.
Sejak awal, Nabi Shaleh telah memperingatkan kaum Tsamud. Mereka
dilarang mengganggu unta itu, apalagi membunuhnya. Sebab, unta itu bukan
sembarang unta, melainkan mukjizat dari Allah. Jika sampai ada yang
membunuhnya, dikhawatirkan Allah akan murka. Sejak itulah, sang unta berkeliaran. Ia berpindah-pindah
tempat kemana pun ia suka. Setiap hari, orang-orang antre untuk mendapatkan
susunya. Anehnya, susu itu keluar terus walaupun banyak orang yang memerahnya.
ü Pembunuhan
Unta
Dengan hadirnya unta itu, sebagian dari mereka merasa
senang. Hal ini karena mereka bisa mendapatkan susu setiap hari. Namun
demikian, diam-diam ternyata ada beberapa orang yang sangat tidak menyukai
kehadiran unta ajaib itu. Mereka adalah orang-orang yang sudah sejak lama tidak
menyukai Nabi Shaleh.
Pada suatu malam, mereka berunding untuk membunuh unta
tersebut. Mereka khawatir jika unta itu dibiarkan terus hidup, akan semakin
banyak orang yang beriman dan mengikuti nabi Shaleh. Akhirnya, para pemimpin
orang-orang kafir sepakat untuk melenyapkan unta Nabi Shaleh. Kemudian, mereka
menunjuk seorang pemuda berbadan kekar untuk melaksanakan tugas itu.
Keesokan harinya, tatkala matahari muncul di ufuk timur,
orang-orang berbondong-bondong mengambil air di telaga sebagaimana biasanya.
Setelah itu, para penduduk menyambut kedatangan unta. Lalu, mereka memerah
susunya secara bergiliran. Orang-orang kafir yang fanatik kepada berhalanya
semakin panas hati. Diam-diam, seorang pemuda kafir sedang menanti saat yang
tepat untuk membunuh unta itu. Ketika orang-orang sudah meninggalkan unta itu,
si pemuda pun membunuhnya.
Setelah mengetahui untanya disembelih, Nabi Shaleh marah
bukan main. Ia segera menuju telaga. Sesampainya disana, Nabi Shaleh berkata,
"Wahai kaumku! Siapakah yang berani-beraninya membunuh unta ajaib
itu?"
Pemuda yang membunuh unta itu berkata, "Akibat untamu
itu, telaga menjadi kotor. Orang-orang tergila-gila pada air susunya. Kamilah
yang membinasakannya." "Apakah engkau tidak ingat? Aku telah
memperingatkan, jangan sekali-kali kalian mengganggu unta itu. Apalagi sampai
membunuhnya. Bila kalian melakukannya, berarti kalian siap menerima azab dari
Allah," kata Nabi Shaleh. "Mana mungkin Tuhanmu bisa mengirim azab.
Buktikan! Kami ingin tahu dan merasakan!" tantang mereka.
ü Kehancuran
Kaum Tsamud
Setelah tantangan kaum Tsamud itu, Nabi Shaleh memberi tahu
bahwa azab akan datang tiga hari lagi. Hal ini dijelaskan Allah dalam Surah
Huud (11):65, "Mereka membunuh unta itu. Maka berkatalah Nabi Shaleh,
"Bersukarialah kamu sekalian di rumah selama tiga hari. Itu adalah janji
yang tidak dapat didustakan."
Pada hari pertama setelah pembunuhan unta, masih terasa
biasa-biasa saja. Hari kedua pun sama. Akhirnya, pada hari ketiga, janji Allah
datang. Langit menjadi gelap. Orang-orang mulai panik. Sementara Nabi Shaleh
dan pengikutnya, orang-orang beriman sudah pergi menyelamatkan diri. Petir pun
menyambar orang-orang kafir.
Al Quran mengatakan, "Maka mereka berlaku angkuh
terhadap perintah Tuhanny, lalu mereka di sambar petir sedang mereka
melihatnya." (QS. Adz-Dzaariyaat (51):44). Mereka juga diguncang gempa.
Mereka pun mati di dalam rumah mereka. Allah berfirman, "Karena itu mereka
ditimpa gempa. Karena itu, jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di
tempat tinggal mereka." (QS. Al-A'raaf[7]:78).
Komentar
Posting Komentar