BIDANG STUDY : SIROH NABAWIYYAH
SEJARAH NABI ADAM AS
Suatu
ketika, Allah berbicara di hadapan para malaikat. Isi pembicaraan berkisar
tentang penciptaan Adam, leluhur manusia. Adam dan keturunannya ini kelak akan
menjadi khalifah (wakil) Allah di bumi. Tugas mereka memakmurkan bumi.
Mendengar penjelasan itu, para malaikat heran. Kenapa harus Adam dan anak
cucunya yang menjadi khalifah? Mestinya, malaikat yang diberi kehormatan
seperti itu. Bukankah malaikat senantiasa bertasbih kepada Allah? Bumi akan aman
bila dihuni malaikat. Tak akan ada kerusakan dan pertumpahan darah.
Para
malaikat merasa penasaran. Mungkinkah selama ini Allah kurang berkenan dengan
peribadatan mereka? Oleh karena itu, Allah berkehendak menciptakan makhluk yang
lebih baik. Mereka khawatir kalau Allah menciptakan Adam itu lantaran kelalaian
mereka. Atau ada kesalahan yang mereka lakukan tanpa disadari. Muncul
juga keraguan di kalangan malaikat. Mampukah manusia mengemban tugas berat itu?
Sebab, sebelumnya bumi pernah dihuni oleh kalangan jin. Ternyata, mereka sering
berbuat keonaran. Banyak terjadi pertumpahan darah, kemaksiatan, dan kerusakan
di sana. Bukan tidak mungkin Adam dan anak cucunya juga akan melakukan hal
sama.
Keraguan
para malaikat sebenarnya tidak beralasan. Sebab, Adam mempunyai beberapa
keistimewaan. Adam diciptakan langsung oleh tangan Allah. Ruhnya juga langsung
ditiupkan olehNya. Selain itu, Adam juga dikaruniai akal. Berkat akal inilah
Adam bisa mengamati, mempelajari, dan memahami benda-benda. Akal inilah yang memungkinkan
Adam dan anak cucunya bisa menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi.
Keistimewaan ini benar-benar terbukti. Adam mampu mengungkapkan nama
benda-benda. Kemampuan ini ternyata tidak dimiliki para malaikat. Mereka
bungkam ketika disuruh untuk melakukan hal sama. Akhirnya, para malaikat pun
mengakui keistimewaan Adam.
A.
Nabi Adam Berasal dari Tanah
Kata
Adam berasal dari adim. Adimul Ardli berarti permukaan bumi. Nama
Adam erat kaitannya dengan bahan penciptaan. Adam diciptakan dari tanah yang
ada di permukaan bumi. Setelah mati, Adam dan anak cucunya juga akan dikuburkan
di dalam tanah.
Akhirnya,
wujud Adam menjadi sempurna. Allah kemudian meniupkan ruh kepadanya. Setelah
ruh ditiupkan, Allah menyampaikan sebuah titah kepada para malaikat. Titah itu juga
berlaku bagi makhluk lain yang saat itu berada dekat dengan para malaikat. Isi
titah menyebutkan agar para malaikat bersujud kepada Adam. Suatu penghormatan
yang tak diberikan kepada makhluk selainnya. Alhasil, para malaikat patuh
kepada titah sang pencipta. Mereka bersujud kepada Adam. Namun, ada makhluk
yang membangkang. Dialah si Sombong Iblis. Makhluk dari kalangan bangsa jin ini
merasa sok hebat. Dia merasa lebih mulia ketimbang Adam. Alasannya, iblis
diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Api lebih baik daripada tanah?
B.
Iblis yang Sok Hebat
Sifat
sombong iblis terlihat dari dua sikap. Pertama, iblis memandang rendah Adam. Di
mata iblis, Adam hanyalah makhluk kemarin sore, sedangkan dia sudah ada
jauh sebelum Adam ada. Lalu, Adam pun diciptakan dari tanah, sedangkan dia
diciptakan dari api. Masa, dia harus hormat kepada makhluk seperti Adam itu.
Kedua, iblis menolak kebenaran. Iblis menolak untuk bersujud kepad Adam.
Padahal, dia tahu bahwa yang memberi titah itu adalah Allah.
Penolakan
iblis jelas merupakan kedurhakaan. Allah murka kepadanya. Akibatnya, dia diusir
dari surga. Tak hanya itu, iblis juga mendapat laknat Allah sampai hari kiamat.
Ciri orang yang mendapat laknat Allah ialah tak bisa keluar dari kesesatan.
Itulah sebabnya, iblis selamanya berada dalam kesesatan. Bermula dari
kesombongan, selanjutnya muncul kedengkian. Iblis merasa tidak nyaman lagi.
Pasalnya, ada makhluk yang mendapat kemuliaan lebih darinya. Dia tak terima.
Tidak boleh ada makhluk lain yang mengunggulinya. Oleh karena itu, dia ingin
membuktikan kalau Adam itu tidak ada apa-apanya. Caranya, dia akan berusaha
menyesatkan Adam dan anak-cucunya.
Maka,
kadung mendapat laknat, iblis meminta tempo. Dia meminta umur panjang. Tak
tanggung-tanggung, sampai hari kiamat. Umur selama itu akan dipergunakannya
untuk membalas dendam. Iblis tidak ingin sendirian berada di neraka. Dia ingin
membawa Adam dan keturunannya turut serta.
C.
Penciptaan Hawa
Hidup
seorang diri tidaklah mengenakkan. Hal ini juga dirasakan Adam. Tak ada teman curhat.
Tak ada kawan berbagi baik dalam suka maupun duka. Pendek kata, Adam merasakan
kesepian. Ia membutuhkan seorang pendamping. Kemudian, Hawa diciptakan.
Bahannya diambil dari tulang rusuk Adam. Ketika itu, Adam yang sedang terlelap
tidur Allah mengambil tulang rusuknya yang sebelah kiri. Walau diambil tulang
rusuk, Adam tak merasakan sakit. Sekiranya merasa sakit, tentu Adam tidak akan
sayang kepada Hawa.
Setelah
Hawa tercipta, para malaikat bertanya, "Adam, siapa yang ada di samping
kau?"
"Seorang perempuan"
"Seorang perempuan"
"Siapa namanya?"
"Hawa"
"Untuk apa Allah menciptakan Hawa?"
"Untuk apa Allah menciptakan Hawa?"
"Untuk mendampingi saya,
memberi saya kebahagiaan, dan memenuhi keperluan hidup saya sesuai dengan
kehendak Allah."
Kebahagiaan
semakin lengkap. Allah menyuruh Adam dan Hawa tinggal di surga. Kehidupan di
sana serba enak. Apa saja boleh dilakukan. Mereka bebas mencicipi apa saja
sepuasnya. Namun, ada satu pantangan. Adam dan Hawa tidak boleh mendekati pohon
larangan. Larangan ini harus dipatuhi. Jika tidak, mereka bisa celaka. Di surga,
Adam tidak perlu mencari nafkah. Segala keperluan sudah tersedia. Pendek kata,
Adam dan Hawa tidak akan kelaparan, kehausan, dan kelelahan. Sungguh
menyenangkan. Semua boleh dilakukan. Yang penting tidak dekat-dekat dengan
pohon larangan. Mudah, bukan?
D.
Dosa Pertama Nabi Adam dan Hawa

Sejak
membangkang, iblis tidak diperkenankan lagi tinggal di surga. Perasaan dendam
dan dengki iblis semakin menjadi-jadi. Iblis tidak senang melihat Adam dan Hawa
bahagia. Oleh karena itu, iblis lalu mencari-cari kesempatan. Dia ingin
memperdaya mereka. Pokoknya, Adam juga harus keluar dari surga. Kesempatan itu
kini ada. Pohon larangan! Adam dan Hawa dilarang mendekati pohon itu. Ini
peluang emas, tidak boleh disia-siakan. Iblis merasa sangat senang. Inilah saat
untuk membuktikan. Adam dan Hawa akan menjadi pecundang. Apa pun caranya, Adam
dan Hawa harus berhasil dijerumuskan. Segala reka perdaya mesti dilakukan.
Berbaga muslihat direncanakan. Pertama-tama, iblis harus mendapat kepercayaan.
Dia pun melakukan pendekatan. Dia berpura-pura menganggap Adam dan Hawa sebagai
teman. Tutur katanya menawan. Bermacam rayuan dibisikkan iblis. Dikatakan bahwa
dia ingin memberi nasihat. Ada rahasia besar yang ingin disampaikan. Rahasia
supaya Adam dan Hawa bisa hidup kekal.
Akhinya,
Hawa tak kuasa menahan diri. Hawa memakan buah pohon larangan. Hawa pulang
dengan perasaan senang. Diceritakannya pengalaman tadi kepada Adam. Adam begitu
tertarik. Ia juga ingin mencicipi. Pohon itu kemudian didekati. Buahnya dipetik.
Dan...Adam memakan buahnya.
Lengkap
sudah. Adam dan Hawa melabrak larangan. Tak hanya mendekati pohon larangan,
tetapi juga memakan buahnya. Tak lama kemudian, Adam dan Hawa merasakan
akibatnya. Aurat mereka terbuka. Perasaan malu begitu saja membuncah. Mereka
berusaha mencari-cari dedaunan. Maksudnya, untuk menutupi aurat mereka. Namun,
pohon-pohon surga menjauh. Untungnya, ada satu pohon yang merasa kasihan. Pohon
Tin mau memberikan daun-daunnya. Aurat mereka pun bisa tertutupi.
Adam
dan Hawa sangat malu. Tak hanya karena aurat mereka terbuka. Tetapi juga,
karena teguran Allah kepada mereka. Adam dan Hawa sangat menyesal. Mereka telah
bebuat kesalahan. Sambil menitikkan air mata, mereka memanjatkan doa.
"Tuhan
kami, kami telah menzalimi diri kami. Sekiranya, Engkau tidak berkenan mengampuni
dan menyayangi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi."
E.
Nabi Adam Diturunkan ke Bumi
Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Tobat Adam dan Hawa diterima. Kesalahan mereka diampuni. Adam dan
Hawa merasa tenang. Ampunan Allah membuat hati mereka terasa lega. Pengalaman
itu menjadi pelajaran berharga. Adam dan Hawa sadar. Iblis benar-benar musuh.
Musuh yang harus senantiasa diwaspadai. Segala bujuk rayunya mesti dijauhi.
Hidup kekal ternyata muslihat iblis. Akibat terperdaya, kini Adam dan Hawa
harus pindah. Mereka tak bisa lagi tinggal di Surga. Allah menyuruh mereka
turun ke bumi. Sekarang, Adam dan Hawa tinggal di bumi. Mengemban tugas menjadi
khalifah. Namun, perseteruan iblis dan Adam terus berlanjut. Iblis akan terus
berusaha mewujudkan janjinya. Janji untuk menyesatkan Adam.
Demikian, Adam dan Iblis menjadi
musuh bebuyutan. Permusuhan ini juga berlaku untuk keturunan Adam dan iblis.
Permusuhan akan terus berlangsung sampai hari kiamat. Kenikmatan surga tinggal
kenangan. Dulu, di surga serbaada. Mau makan tinggal makan, mau minum tinggal
minum. Namun di bumi, Adam dan Hawa tak bisa berpangku tangan. Mencari sesuap
nasi menjadi tugas. Mereka harus bekerja keras.
Saat diturunkan ke bumi, Adam dan
Hawa terpisah. Hawa diturunkan di daerah Jeddah, Saudi Arabia. Kata Jeddah
berarti nenek. Hawa adalah nenek seluruh umat manusia. Sementara itu, Adam
diturunkan di daerah Hindustan. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah di dataran
Arafah. Oleh karena itu, Jabal Rahmah kerap dijadikan simbol “cinta” oleh para
peziarah. Perasaan bahagia begitu membuncah. Betapa tidak, sekian lama berpisah
akhirnya bertemu jua. Hidup menjadi lebih bersemangat. Sekarang, keduanya bisa
berkumpul lagi. Berjuang bersama lebih mudah daripada sendiri-sendiri. Bisa
saling menjaga, dan saling menasihati.
F.
Anak-anak Nabi Adam dan Hawa
Adam dan Hawa hidup bersama lagi.
Mereka adalah pasangan suami-istri pertama. Keduanya beranak-pinak. Setiap
kelahiran selalu kembar, laki-laki dan perempuan. Persalinan pertama, lahirlah
Qabil dan Iklima. Lalu, persalinan kedua, lahirlah Habil dan Labuda. Adam dan
Hawa sangat bahagia. Kehangatan keluarga semakin bertambah. Semua ini berkat
kehadiran anak-anak. Anak-anak menumbuhkan harapan. Ada penerus perjuangan.
Selanjutnya, anak-anak berketurunan lagi. Mereka melahirkan cucu dan
seterusnya. Jumlah keturunan Adam terus bertambah. Semakin lama semakin banyak.
Qabil, Habil, Iklima, dan Labuda beranjak remaja.Mereka tumbuh di bawah
asuhan orang tua. Sifat-sifat mereka mulai kelihatan. Qabil berperangai kasar,
sedangkan Habil berperangai santun. Iklima tumbuh menjadi gadis yang cantik,
sedang Labuda biasa-biasa saja. Tugas-tugas Adam dan Hawa mulai berkurang.
Anak-anak mereka sudah bisa diandalkan. Labuda dan Iklima membantu urusan rumah
tangga, sedangkan Qabil dan Habil menekuni bidang pertanian, sedangkan Habil di
bidang peternakan
G.
Dosa Anak Nabi Adam
Keempat putra-putri Adam tumbuh
dewasa. Masing-masing sudah memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. Allah
kemudian memberi Adam petunjuk. Putra-putri Adam harus segera dinikahkan.
Dengan ketentuan, masing-masing tidak boleh dinikahkan dengan saudara kembarnya.
Artinya, Qabil harus menikahi Labuda, sedangkan Habil harus menikahi Iklima.
Ketentuan itu kemudian disampaikan.
Adam berharap putra-putrinya tak keberatan sebab ini merupakan ketentuan Allah.
Tak boleh ada yang menolak. Semua pihak harus setuju. Demikian, Adam memberi
penegasan. Tak disangka, Qabil menolak ketentuan itu. Ia bersikeras untuk
menikah dengan Iklima, adik kembarnya. Iklima memang gadis yang cantik. Qabil
sangat tertarik. Dengan kata lain, Qabil menolak dinikahkan dengan Labuda. Alasannya,
Labuda tidak cantik. Qabil merasa lebih berhak untuk menikahi Iklima. Toh,
Iklima adalah adiknya sendiri. Qabil tidak rela kalau Iklima dinikahi Habil.
Qabil
bersikukuh. Tegas-tegas, ia menolak dinikahkan dengan Iklima. Melihat gelagat
kurang baik ini, Adam berusaha mencari jalan keluar. Jalan keluar yang
disepakati oleh semua pihak. Tidak boleh ada pihak yang dikecewakan.
Perselisihan harus dihindarkan. Sebab, perselisihan akan mengusik ketenangan.
Akhirnya,
Adam mendapatkan jalan keluar. Menurut Adam, persoalan jodoh harus diserahkan
kepada Allah. Apa pun keputusan-Nya, semua harus pasrah. Adam mengusulkan agar
Qabil dan Habil berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ia berhak menikahi si
cantik, Iklima. Qabil dan Habil setuju. Mereka sepakat, yang menang itulah yang
berhak mendapatkan Iklima. Kemudian, masing-masing mempersiapkan diri. Qabil
semakin rajin. Setiap hari, ia mengurus ladangnya. Habil juga tak mau kalah. Ia
bertambah giat. Setiap hari, ia menggembalakan ternak-ternaknya.
Hari
yang ditentukan pun tiba. Qabil bergegas menuju ladang. Ladang gandumnya sangat
lebat. Hasil jerih payahnya selama ini. Timbullah sifat kikir dalam hati Qabil.
Ia memilih-milih gandum yang akan dijadikan kurban. Ia sengaja memilih gandum
yang kurang baik. Setelah karung terisi, Qabil membawanya ke sebuah bukit.
Gandum itu kemudian diletakkan di atas bukit itu. Di tempat yang berbeda, Habil
juga sedang sibuk. Ia berjalan ke sana kemari. Memilih-milih kambing yang
paling baik. kambing yang paling gemuk dan sehat. Setelah di dapat, Habil membawanya
ke bukit yang sama.
Qabil
dan Habil sudah meletakkan kurbannya. Dari tempat yang jauh, mereka memandangi
bukit itu. Mata mereka terus tertuju ke arah bukit. Anggota keluarga yang lain
juga turut menyaksikan. Hati mereka berdebar-debar. Kurban siapa gerangan yang
akan diterima?
Selang
beberapa saat, terlihat api besar turun dari langit. Api itu kemudian menyambar
kambing. Habil bersyukur, kurbannya diterima. Dalam tempo singkat kambing Habil
pun lenyap. Si jago merah melalapnya. Sementara itu, gandum Qabil masih utuh.
Sedikit pun tidak berkurang. Walhasil, Habil menjadi pemenang. Kurbannya
diterima. Sesuai dengan kesepakatan, ia berhak mempersunting si cantik Iklima.
Hati Habil berbunga-bunga, Ia sangat bahagia. Lain halnya dengan sang kakak.
Qabil merasa sangat kecewa. Kurbannya tak diterima, Ia gagal menikahi Iklima.
Qabil
tidak bisa menolak. Dengan perasaan kecewa, Ia menerima keputusan Habil
dinikahkan dengan Iklima. Qabil benar-benar kecewa, harapannya pupus. Dia tak
bisa menikah dengan Iklima. Kekecewaannya semakin menjadi-jadi. Lambat laun
tumbuhlah perasaan dengki. Dengki melahirkan dendam. Dendam memunculkan niat
jahat. Akhirnya, Qabil bertekad menghabisi Habil.
H.
Pembunuhan Pertama di Dunia
Suatu ketika, Adam hendak bepergian.
Sebelum berangkat, Adam menyampaikan amanat kepada Qabil untuk menjaga semua
anggota keluarga. Kerukunan harus dipelihara. Qabil mengangguk-angguk. Ia
berjanji untuk menjalankan amanat itu dengan sebaik-baiknya. Dalam hati, Qabil
tertawa. Ia merasa senang. Senang bukan karena mendapat kepercayaan dari sang
ayah. Tetapi, ia merasa mendapat kesempatan. Ya, kesempatan untuk membalas
dendam.
Adam berangkat dengan hati tenang.
Dengan sepenuh hati, ia percaya kepada Qabil. Bagaimanapun Qabil adalah anak sulung.
Qabil yang dituakan. Tak lama setelah Adam berangkat, Qabil bersiap-siap. Ia
akan menyatroni peternakan. Sesampainya di sana, Qabil segera menghampiri
Habil. "Aku datang untuk membunuh kau!" Qabil menghardik penuh
kebencian."Apa salah saya? Mengapa kakak hendak membunuh saya?" "Karena
kau telah merampas harapanku. Kau telah merebut Iklima." "Allah yang
menentukan. Saya hanya berusaha." "Saya juga berusaha!" bentak
Qabil. "Ketahuilah kakak, Allah hanya menerima kurban dari orang berhati
tulus. Orang yang berhati tulus akan memilih kurban yang paling baik. Kenapa
kakak memilih gandum yang busuk. Jelas saja, kurban kakak tidak diterima."
"Sudahlah! Kau jangan nyerocos! Tidak usah repot-repot memberi nasihat.
Aku tetap akan membunuh kau!" kata Qabil berang.
"Bukannya kakak juga telah
setuju dengan penyelesaian seperti itu? Sadarlah, Kak. Kakak jangan terperdaya
oleh setan. Ingat, setan adalah musuh kita. Setan yang telah mengakibatkan
ayahanda dan ibunda keluar dari surga. Berpikirlah sebelum bertindak, jangan
sampai kakak menyesal kelak." "Diam! Aku akan membunuh kau!" "Jika
kakak bersikeras, saya tidak akan membalas. Saya takut kepada Allah. Saya tidak
akan melakukan perbuatan zalim. Semua saya serahkan kepada Allah."
Masuk telinga kiri, keluar telinga
kanan. Nasihat Habil sama sekali tak ada artinya. Yang terjadi malah Qabil semakin marah. Dendam semakin tak
tertahan. Rasanya, ia ingin segera menghabisi nyawa adiknya itu. Iblis tidak
menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia terus-menerus membisikkan kejahatan. Sebenarnya,
Qabil sendiri kebingungan. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Belum terpikirkan
bagaimana membunuh habil.
Saat Qabil kebingungan, Iblis
menjelma. Di hadapan Qabil, Iblis mencontohkan. Iblis menghantam kepala seekor
burung dengan batu. Darah segar muncrat. Kepala burung itu pecah. Sesaat burung
itu menggelepar-gelepar, lalu mati. Qabil mendapat ide. Sekarang, ia tahu apa
yang harus dilakukan. Tinggal menunggu saat yang tepat. Saat itu, Habil
sedang terlelap tidur. Qabil berjalan. Ia menghampiri sang adik. Batu besar
menghantam kepala Habil. Saking kerasnya hantaman batu besar, tak lama kemudian
Habil menghembuskan napas terakhir. Peristiwa ini merupakan pembunuhan yang
pertama kali dilakukan manusia di bumi ini.
I.
Belajar dari Burung Gagak
Bingung.
Demikian, yang dialami Qabil setelah membunuh sang adik. Tak tahu apa yang
harus dilakukan. Mayat Habil lama tergeletak. Sampai-sampai, mengeluarkan bau
busuk. Qabil hanya bisa mondar-mandir. Beberapa lama kemudian, datanglah dua
ekor burung gagak. Kedua burung ini berkelahi. Salah satunya, kemudian mati.
Lalu, si pemenang menggali tanah dengan cakarnya. Setelah cukup, bangkai burung
gagak itu dimasukkan. Bangkai burung gagak itu dikuburkan ke dalam lubang.
Melihat kejadian itu, Qabil termenung. Ia baru menyadari kedunguannya.
"Bodoh
sekali aku ini! Masa aku kalah pintar sama burung gagak itu," gerutunya.
Burung gagak telah mengajari Qabil. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh Qabil. Sebuah lubang digali. Setelah cukup dalam, ia memasukkan mayat Habil ke dalamnya.
Beberapa hari kemudian, Adam pulang. Ia ingin segera bertemu dengan keluarganya. Terbayang keluarganya hidup rukun. Tak ada perselisihan. Sampai di rumah, Adam beristirahat sejenak. Anggota keluarga berkumpul di dekatnya. Usai melepas lelah, Adam menanyakan perihal Habil. Dari tadi Habil tak kelihatan. "Dimana Habil?" tanyanya. "Saya tidak tahu."
"Kamu yang diberi amanat untuk menjaga semua anggota keluarga, kan? Ke mana Habil?"
"Saya tidak tahu. Saya nggak mungkin menjaga Habil setiap saat." jawab Qabil ketus.
Burung gagak telah mengajari Qabil. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh Qabil. Sebuah lubang digali. Setelah cukup dalam, ia memasukkan mayat Habil ke dalamnya.
Beberapa hari kemudian, Adam pulang. Ia ingin segera bertemu dengan keluarganya. Terbayang keluarganya hidup rukun. Tak ada perselisihan. Sampai di rumah, Adam beristirahat sejenak. Anggota keluarga berkumpul di dekatnya. Usai melepas lelah, Adam menanyakan perihal Habil. Dari tadi Habil tak kelihatan. "Dimana Habil?" tanyanya. "Saya tidak tahu."
"Kamu yang diberi amanat untuk menjaga semua anggota keluarga, kan? Ke mana Habil?"
"Saya tidak tahu. Saya nggak mungkin menjaga Habil setiap saat." jawab Qabil ketus.
Pasti
telah terjadi sesuatu, pikir Adam. Tapi, ke mana gerangan harus mencari Habil?
Akhirnya, Adam pun tahu. Habil telah dibunuh. Pelakunya siapa lagi kalau bukan
Qabil. Adam sangat berduka. Terbayang bagaimana Habil dianiaya. Tega nian sang
kakak. Disuruh menjaga, malah membunuh. Gara-gara dengki, hubungan keluarga
jadi rusak. Seorang kakak bahkan tega membunuh adik kandungnya sendiri. Sungguh
menyedihkan. Setan telah memanfaatkan kesempatan. Adam hanya berserah diri
kepada Allah. Semua ia terima sebagai kehendak-Nya. Kepedihan ia hadapi dengan
kesabaran. Bahkan, ia tetap memohonkan ampunan untuk anaknya, Qabil.
J.
Nabi Adam Wafat
Nabi Adam terus berdakwah di
kalangan anak cucunya, mengajak mereka mengamalkan ajaran Allah untuk
menyembah-Nya, berbuat baik kepada sesama, jujur, dan saling menolong. Dalam
riwayat, Nabi Adam wafat dalam usia seribu tahun setelah sebelumnya menderita
sakit selama 11 hari. Setahun kemudian Hawa meninggal. Sebagian riwayat
menyatakan Nabi Adam dimakamkan di kota Mekah dan Hawa dimakamkan di kota
Jedah..
Komentar
Posting Komentar